diambil dari : https://cetak.kompas.com/read/2011/03/03/04463810/peringkat.pendidikan.indonesia.turun
Kamis, 03 Maret 2011
Jakarta, Kompas – Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia menurun. Jika tahun lalu Indonesia berada di peringkat ke-65, tahun ini merosot di peringkat ke-69.
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: Di Balik Krisis: Konflik Militer dan Pendidikan yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Amerika Serikat, Senin (1/3) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan (education development index/EDI) menurut data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.
EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80.
Global Monitoring Report dikeluarkan setiap tahun yang berisi hasil pemantauan pendidikan dunia. Indeks pendidikan tersebut dibuat dengan mengacu pada enam tujuan pendidikan EFA yang disusun dalam pertemuan pendidikan global di Dakar, Senegal, tahun 2000.
Indonesia masih tertinggal dari Brunei yang berada di peringkat ke-34 yang masuk kelompok pencapaian tinggi bersama Jepang yang mencapai posisi nomor satu di dunia. Sementara Malaysia berada di peringkat ke-65. Posisi Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), Kamboja (102), India (107), dan Laos (109).
Total nilai EDI diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar.
Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Kategori ini untuk menunjukkan kualitas pendidikan di jenjang pendidikan dasar yang siklusnya dipatok sedikitnya lima tahun.
Arief Rachman, Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, di Jakarta, Rabu (2/3), mengatakan, penurunan peringkat Indonesia ini memang bisa diperdebatkan, misalnya dari masalah data yang digunakan. Selain itu, dalam membandingkan pencapaian dengan negara-negara lain, masalah seperti demografi Indonesia yang tersebar di 17.000 pulau, misalnya, tidak diperhitungkan.
“Terlepas dari pemeringkatan ini bisa diperdebatkan atau tidak, penurunan satu poin sudah memprihatinkan. Kita harus bekerja keras untuk meningkatkan. Indonesia harus berani ambisius bisa mencapai target EFA pada tahun 2015,” kata Arief. (ELN)
April 20th, 2011 at 6:34 pm
Seharusnya kita kembali kepada standar penilaian minimal 6,0 atau jika dinilai maksimal 100 yang ke 60. bukan seperti sekarang.
June 10th, 2011 at 11:40 am
Apa kabar ibu Ary
Sudah lama tidak ikut kegiatan Citi Success Fund
August 10th, 2011 at 8:35 pm
Kbr baik. Mudah2 tahun ini diberi kesempatan berkarya lagi.
August 10th, 2011 at 9:00 pm
Kalau saya boleh mencermati, siswa kurang diberikan materi tentang studi kasus, sehingga tingkat penalaran lebih terasah. Selama ini yang dikembankan hanya Ranah Kognitif C1, C2 sedikit C3, C4, C5, dan C6. Demikian juga adanya UN sebenarnya baik untuk mengukur standar kelulusan, namun disalah artikan kebanyakan hanya menyiapkan drill menghadapi ujian bukan membekali anak untuk mengerti dan bertambah pengetahuan untuk mengatasi masalah sosial, masalah alam, mengembangkan kemampuan teknik berpikir.