Kegiatan Pendidikan Kewirausahaan

4

Oleh : Muslih Tisna Sundara

SMK Dwi Putra

Sebuah negara maju, minimal diperlukan 2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas pengusaha menengah dan kecil, (Charles Weber : 1970). Oleh karena itu untuk dapat dan mau menjadi pengusaha sangat diperlukan rangsangan makro maupun mikro, serta bakat-bakat kepemimpinan pada warga negara di suatu negara. Sekolah adalah ujung tonggak pendidikan warga negara, maka pendidikan kewirausahaan dalam sekolah sangat diperlukan saat ini. Hal ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dunia wirausaha, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pendidikan kewirausahaan menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk menjadi seorang wirausaha, mengembangkan sikap mental, keterampilan diri, dan manajemen.

Pendidikan kewirausahaan diharapkan bisa memajukan bangsa dan negara, peran seorang guru harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab itu kewirausahaan harus mulai dikampanyekan di sekolah, dengan berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para peserta didik dibina, dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang, karena peserta didik yang latar belakang non entrepreneur akan tampak kurang siap di era globalisasi sekarang ini. Pada lingkup pendidikan kewirausahaan karakteristik yang paling menonjol yaitu harus ada pemberian motivasi dengan kehidupan nyata melalui pemberian pengalaman langsung menjadi seorang wirausaha. Bahkan pada kasus tertentu tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai jika tidak mengadakan eksperimen dalam pembelajarannya, disamping untuk mencapai tujuan pembelajaran metode ini memberikan kesan yang mendalam dan lebih bermakna bagi peserta didik sehingga menumbuhkan sikap dan jiwa wirausaha. Dari sini timbul perilaku antusias yang sangat besar dalam diri tiap peserta didik untuk mengikuti pendidikan kewirausahaan yang selama ini mereka tidak pernah kenal dan seakan-akan menjadi seorang pengusaha itu sangat sulit.

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam mendukung pendidikan kewirausahaan sehingga penyampaian konsep lebih bermakna yaitu tersedianya sarana dan prasarana. Namun jika kita melihat kondisi realitas yang ada yaitu tidak tersedianya sarana dan prasarana yang memadai di sekolah membuat harapan kita terhadap pendidikan kewirausahaan menjadi sirna. Tidak adanya aktivitas pengalaman langsung memaksa guru harus mengajarkan materi dasar saja melalui metode yang monoton membuat kondisi kelas lebih bersifat pasif.

Penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan wirausaha yang masih sangat minim bahkan tidak ada, dirasakan sebagian besar sekolah negeri atau swasta sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar. Sebagian sekolah bahkan tak mampu mengembangkan dan memperdalam materi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yaitu di setiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan usia dini sampai dengan sekolah menengah atas dan pendidikan nonformal dengan cara memperkuat metode pembelajaran dan mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan. Terlebih lagi jika kita berbicara tentang sekolah swasta yang notabene sangat minim alokasi bantuan dari pemerintah dipaksa bekerja ekstra untuk menyediakan sarana dan prasarana, hal ini diperparah dengan tidak adanya dukungan dana dari yayasan yang menaunginya. Mahalnya harga sebagian besar alat untuk berwirausaha menambah deretan kendala pihak sekolah.

Untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas, maka perlu dipikirkan sebuah solusi yang dapat menjadi alternatif, salah satunya adalah menumbuhkan jiwa wirausaha kepada siswa semenjak dini dengan hal-hal yang mudah diterapkan.

Adanya kegiatan ini diharapkan mampu memberikan solusi alternatif dalam pendidikan kewirausahaan terhadap siswa.

A. Tujuan

a. Bagi Siswa

  1. Siswa mempunyai jiwa seorang wirausaha;
  2. Siswa mempunyai pengalaman berwirausaha;
  3. Siswa mampu membuka wirausaha mandiri lain yang lebih kreatif dan inovatif

b. Bagi Guru

  1. Menambah pengalaman dalam mengajar pendidikan kewirausahaan;
  2. Menambah ilmu pengetahuan menjadi seorang wirausahawan;
  3. Memicu untuk menjadi seorang wirausaha mandiri.

2 komentar to “Kegiatan Pendidikan Kewirausahaan”

  1. kasmanto says:

    Contoh yang sangat baik untuk ditiru agar kita menjadi :

    1. manusia yang mempunyai etika sebagai prinsip dasar hidup
    2. mempunyai integritas yang tinggi dalam segala hal
    3. bertanggung jawab dalam semua kegiatan yang kita lakukan
    4.menghormati hukun dan perundang-undangan/peraturan yang berlaku
    5.menghargai hak warga lainnya/toleransi tinggi bagi sesama
    6. senang bekerja/tanpa berkeluh kesah
    7. bekerja keras untuk menabung dan berinvestasi demi masa depan
    8. berkemauan untuk bertindak hebat, Inovasi dan berprestasi
    9. menghargai waktu/mengatur waktu sebaik-baiknya.

    Marilah kita bersikap, melaksanakan, dan menyajikan prinsip-prinsip fungsional/profesional, agar kita bisa bercermin, bersikap dan bertindak demi masa depan Indonesia yang lebih baik. AAMIIN.

    By Kas_




  2. FATKHUL IMRON says:

    berbicara wirausaha berarti berbicara kemandirian
    jumlah penduduk dinegara kita yang terus bertambah menuntut kepada masyarakat untuk dapat hidup mandiri, tanpa mengandalakan pemerintah dan mengandalkan bantuan orang lain. Bantuan yang dimaksud adalah pemberian lapangan kerja dari orang lain atau perusahaan/ institusi apapun. Ketika masyarakat dapat mandiri dengan memanfaatkan interaksi sosial sebagai salah satu pembangun ekonomi rakyat maka disanalah akan muncul wirausaha, yaitu manusia 1 dengan lainnya saling berhubungan dan saling membutuhkan dengan demikian interaksi sosial akan melahirkan sisi keuntungan materil dan jasa yang saling timbal balik sehingga masyarakat mampu hidup mandiri dalam mencukupi kebutuhan materil dari interaksi jual beli barang dan atau jasa. Hal itu yang memacu kepada masyarakat agar selalu berlaku kreatif dan produktif dalam barang dan jasa, sebagaimana hal tersebut muncul dari inventarisasi kebutuhan manusia sebagai makhluk.




Tinggalkan balasan