Lestari Budayaku Lestari Lingkunganku
Oleh Dra. Ida Ayu Ngurah Puniari, SMA Negeri 1 Sidemen
Jl. Banyucampah Sidemen, Karang Asem - Bali
Telp. 0366 - 5300502

Pendahuluan

Latar Belakang

Kain bebali adalah kain tradisional yang sering digunakan sebagai pelengkap upacara adat di Bali, karena kain ini sarat akan nilai kerohanian di dalamnya. Disamping itu, keunikan kain bebali baik dari segi corak maupun warnanya yang klasik, membuat daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga mereka mau membeli kain bebali yang umurnya bisa mencapai ratusan tahun ini walaupun dengan harga yang sangat mahal.

Namun tidak demikian halnya dengan kain bebali, keberadaan kain bebali justru mengalami kemunduran, bahkan produksi kain bebali hampir ditinggalkan masyarakat

Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melestarikan kembali keberadaan kain bebali yang hampir punah serta mengajarkan siswa untuk bagaimana cara membuat kain bebali.

Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Proses pembuatan benang
Pada tahap ini bahan utama yang dipakai yaitu kapas yang sudah dibersihkan dari bijinya, kemudian dengan alat yang disebut pusu tumpukan kapas dikendorkan dan digulung menjadi satu gulungan kapas. Dengan alat yang disebut antih, gulungan kapas itu dijadikan benang dengan cara memintalnya pada kisi yang berputar.

2. Proses pewarnaan benang
Dalam proses pewarnaan benang, bahan yang digunakan adalah bahan yang alami yang berasal dari alam yaitu seperti daun-daunan, akar, kulit akar, kulit kayu, dan bunga.

3. Setelah proses pewarnaan benang selesai, dan dihasilkan berbagai macam warna benang, maka proses selanjutnya adalah dengan melakukan membuat ragam hias dengan menenun.

4. Menenun ada beberapa proses yaitu :

  • Ngulak, yaitu menggulung benang yang telah diberi warna pada sebuah tangkai kayu atau bambu berukuran 15 cm yang disebut “pleting”. Benang inilah yang nantinya digunakan sebagai benang “pakan” atau benang yang melentang.
  • Nyalinin, yaitu menggulung benang lungsi (benang yang membujur) pada “guun bandulannya”. Pada tahap ini telah ditentukan panjang atau motif ragam hias kain yang akan dibuat.
  • Nyasah, yaitu benang yang telah disusun kemudian ujungnya dihubungkan dengan “pandalan” (kayu perentang benang lungsi) dan “sepi”. Kemudian pada guun bandulannya dimasukkan jejeriring (pengatur jumlah lungsi) dan “bumbun” (alat yang terbuat dari bambu, digunakan untuk merenggangkan benang lungsi) yang berhadapan dengan serat (pengatur lungsi), sehingga akan tampak berapa lebar kain yang akan ditenun.

Profil Guru

Dra. Ida Ayu Ngurah Puniari

Tempat tanggal lahir :
Karangasem, 23 Januari 1965

Pendidikan :

Pekerjaan :
Guru , SMA Negeri 1 Sidemen

Satu komentar to “Lestari Budayaku Lestari Lingkunganku”

  1. i km sudana m says:

    bagaimana keberadaan kain bebebali khususnya di sidemen di era globalisasi




Tinggalkan balasan