Berawal dari Akhir, Berakhir dari Awal

Oleh: Beni Aminullah, ST *

Semua guru sudah bisa dipastikan ketika akan mengajar, tentu memikirkan kira-kira metode atau cara apa yang paling pas untuk menyampaikan materi kepada para siswanya agar materi yang diberikan itu dapat diserap oleh siswa dengan baik. Selain persiapan bahan ajar yang baik, tentu saja penguasaan materi itu sendiri oleh gurunya menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Jadi, ketika saatnya untuk mengajar di kelas sang guru akan membawa buku ajar, Rencana Pengajaran dan Pembelajaran (RPP), alat peraga, dan tentu saja buku presensi siswa. Dengan pakaian rapi dan rasa percaya diri yang tinggi, Bapak/Ibu gurupun siap untuk mengajar.

Setelah mengajar, atau bahkan ketika sedang mengajar sekalipun saya merasakan bila para siswa masih bingung atau tidak ada yang bertanya satupun apakah metode saya sudah tepat atau belum? Banyak metode yang bisa digunakan dalam mengajar seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas belajar dan resitasi, kerja kelompok, demonstrasi dan eksperimen, sosiodrama (role playing), problem solving, sistem regu (team teaching), karyawisata (field trip), dan lain-lain. Dari sekian banyak metode yang ada, setia metode tidak berdiri sendiri, tetapi dalam pelaksanaannya boleh saja kita menggabungkan berbagai metode itu untuk menghasilkan yang terbaik.

Dari pengalaman mengajar, penulis menerapkan konsep “berawal dari akhir dan berakhir dari awal”, yaitu siswa saya beritahu bahwa aplikasi dari materi ini adalah seperti ini, saya memberikan contoh aplikasi dari materi tersebut dimana para siswa sudah ketahui sehari-harinya. Konsep ini saya gunakan ketika saya menyampaikan materi fisika yang membahas tentang hubungan roda-roda. Secara teoritis, hubungan roda-roda ada tiga macam yaitu, hubungan sepusat, bersinggungan dan menggunakan rantai atau sabuk atau tali seperti gambar dibawah,

Dari ketiga gambar diatas tentu saja rumus yang digunakan berbeda-beda. Baik dari sisi kecepatan keliling maupun kecepatan sudut. Dalam menyampaikan materi bila saya memaksakan siswa untuk menghitung kecepatan sudut atau kecepatan keliling berangkat dari rumus, para siswa tidak dapat membayangkan seperti apa sih hubungan roda-roda itu secara fisik. Tentu saja sebagian dari siswa bisa menghitung, tetapi apakah siswa memahami hubungan roda-roda tersebut bahkan sampai pada diaplikasikan dimana hubungan roda tersebut.

Nah, untuk memberikan pemahaman kepada siswa, saya sampaikan kepada siswa seperti ini,”silahkan kalian membaca dulu sepintas materi ini, setelah itu kita akan belajar diluar, pergi ke tempat parkir dimana sepeda, motor, dan mobil terparkir disana.

Tentu saja anak-anak senang sekali ketika pembelajaran dilakukan diluar kelas. Karena biasanya anak-anak belajar fisika itu sebagian besar dilakukan didalam kelas. Sesampainya di tempat parkir, saya tunjukan sepeda ataupun motor. Saya suruh anak-anak memperhatikan roda depan, roda belakang, dan hubungan yang dibentuk oleh rantai. Setelah mereka memperhatikan, beberapa saat, saya tanya kepada mereka,”hubungan roda apakah yang dibentuk oleh sepeda atau motor? Luar biasa, anak-anak langsung bisa menjawab.

Pertanyaan dilanjutkan, “kalau roda depan berputar ke depan maka roda belakang akan berputar kemana? Mereka menjawab dengan berteriak,”ke depan Paak”. Luar biasa, anak-anak juga bisa menjawab dengan benar. Lalu saya tunjukkan hubungan roda-roda yang sepusat. Untuk sepeda balap, “roda giginya dipasang secara sepusat”. Anak-anak berteriak,” Oooooh gitu ya pak”. Saya tunjukkan juga hubungan roda yang bersingungan, sampai mereka tahu semua hubungan roda-roda secara keseluruhan.

Dalam penjelasan di lapangan parkir saya jauhkan anak-anak dari rumus-rumus yang njelimet. Tampak anak-anak menikmati betul apa yang mereka pelajari. Setelah semua terasa menyenangkan, perlahan-lahan saya masuk ke rumus masing-masing hubungan roda tersebut. Ternyata rumus yang biasanya mereka hindari, pada hari itu mereka tanpa menyadari sudah tiga rumus yang mereka kuasai.

Sampai akhir pelajaran, tampak diwajah mereka rasa senang tanpa beban, karena sambil bercanda, bergembira, mereka belajar di lapangan parkir sekolah.

****

*) Penulis adalah guru di SMA Labschool Kebayoran dan penerima dana CSF 2008

4 komentar to “Berawal dari Akhir, Berakhir dari Awal”

  1. sudarno says:

    wah…hebat euy..terimakasih pencerahnnya




  2. paksiman says:

    belajar bukanlah beban, lanjutkan!




  3. ary widi kristiani says:

    Belajar jadi efektif di mulai guru yang kreatif.




  4. ali sadikin says:

    saya harap saya pun bisa melaksanakan dan mendapat ide-ide baru dalam PBM yang menyenangkan!




Tinggalkan balasan