Oleh: I Putu Sidibawa*
Kebebasan berkreasi untuk mengeksplorasi sains harus diperkenalkan sejak dini. Membiasakan anak-anak mencari proyek-proyek sains yang kecil-kecil, menumbuhkan minat anak pada sains semakin meningkat. Salah satu kunci utama yang diperlukan untuk belajar sains adalah rasa ingin tahu yang besar. Benar. Untuk menggalakkan kecintaan anak-anak pada dunia sains, dimulai dengan memperkenalkan anak-anak pada proyek-proyek sains yang sederhana namun menantang bagi mereka. Saya sangat salut dengan ide dan rancangan penelitian sains yang dimunculkan. Sederhana, namun menggelitik dan sering dialami masyarakat.
Model kegiatan ini diharapkan terus berlanjut dan berkembang yang sejalan dengan Visi IPTEK 2025 (SK Menristek No 111/M/Kp/IX/2004) yang menargetkan Indonesia termasuk ke dalam 25 negara termaju di dunia pada 20 tahun ke depan.
Tentunya penguasaan ilmu ilmu dasar akan menjadikan kita sebagai negara yang diperhitungkan dalam percaturan.dunia, karena negara negara yang kuat saat ini adalah yang menguasai ilmu ilmu dasar dan memanfaatkannya untuk kecerdasan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyatnya serta kemajuan negerinya.
Model kegiatan semacam ini akan dapat menumbuhkan kreativitas guru dan siswa, secara lambat laun pembelajaran sains akan bergeser kepada siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator, sehingga siswa terkondisikan menjadi kritis, kreatif, dan dapat mengeksplorasi alam sesuai dengan kemampuannya. Konsekuensi lanjutannya adalah terjadinya proses alienasi siswa dari lingkungannya. Siswa tidak paham untuk apa sains itu dipelajari, karena konsep-konsep sains yang mereka pelajari tidak bisa mereka terapkan dalam kehidupan sehari harinya. Muncullah anggapan, mempelajari sains merupakan beban bagi mereka dan akhirnya siswa pun merasa sains merupakan momok, yang menakutkan dalam pembelajarannya. Padahal, semestinya proses pembelajaran sains dimulai dari mengamati fenomena-fenomena alam secara terstruktur.
Proses pembelajaran yang menekankan pengamatan secara terstruktur itu tentunya memerlukan guru yang memahami bidang keilmuannya secara mendalam, luas, dan menjiwainya serta menguasai ilmu pedagogi secara baik. Karena itu peningkatan kompetensi guru, baik dalam pemahaman akan mata ajarannya, juga dalam pedagoginya merupakan sesuatu yang mutlak. Saya setuju dengan sindiran Rukman Nugraha, sebagus apapun kurikulum pendidikan, selama pola pikir kita dalam pendidikan sains belum berubah, sejauh itu pula pendidikan sains kita akan terpuruk. Pendidikan sains bukanlah tugas guru semata. Tempatnya pun bukan hanya di ruang ruang kelas atau laboratorium. Pendidikan sains merupakan hak sekaligus kewajiban kita agar apa yang diharapkan dari pendidikan sains ini, yaitu semakin cerdasnya umat bangsa ini dapat terwujud. Bekal apa yang perlu diberikan kepada anak-anak supaya sukses kelak? Dunia kita membutuhkan sesuatu yang bukan sekedar otak pintar dan prestasi sekolah. Lebih dari itu, karakter positif! Menumbuhkan kecintaan pada sains, anak berkesempatan untuk mengembangkan karakter positif dengan menggunakan eksperimen sains sebagai media.
Sains sebagai bidang ilmu dan sebagai proses untuk mengetahui dinyatakan dalam kurikulum pendidikan sains. Sains sebagai bidang ilmu, lebih banyak mengarahkan siswa lebih memahami konsep-konsep sains yang ditemukan oleh para ilmuwan sains, lebih banyaklah siswa dijejali dengan pengetahuan sains yang bersifat ingatan. Padahal landasan filosofi pembelajaran sains adalah filsafat pendidikan progresivisme, proses pembelajaran sains yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia nyata”, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman dengan teman sebaya”. Progresivisme sangat berlawanan dengan filosofi “efisiensi pabrik”, suatu model yang menumbuhkan pembelajaran semu (artificial instruction) dan belajar yang dikendalikan oleh buku teks dan tes tertulis, sehingga seolah-olah tergambar pembelajaran sains di sekolah sangat jauh dari dunia nyata, sehingga hanya memiliki sedikit bahkan tidak bermakna bagi sebagian siswa.
* Penulis adalah pengajar Kimia di SMAN 1 Sidemen, Bali.
January 11th, 2010 at 3:26 pm
dan yang terpenting lagi pembelajaran sains harus disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan menarik sehingga anak anak dapat dengan mudah menerimanya.. serta memanfaatkan sumberdaya atau bahan yang ada disekitar juga mudah didapat jadi yuk..bergembira dengan sains..!
January 11th, 2010 at 3:45 pm
Setuju pak Sudarno dan pak Putu!
Sains akan menarik dan lebih mudah “nempel” kalau dibuat menyenangkan.
yuk, bergembira dengan sains!
January 12th, 2010 at 6:18 am
Pak Darno: Saya setuju, mari ciptakan pembelajaran sains yang berwawasan kearifan lokal.
Mb Nena : sains is fun, so pasti Mb…
January 29th, 2010 at 10:06 am
setuju Pak, jangan lupa pula kita menghadapi era 21st century, dengan pembelajaran sain yang menumbuhkan karakter positif kita persiapkan generasi penerus untuk menghadapi tantangan 21 st century.