Penggunaan media sosial untuk pendidikan

Hari ini, jejaring sosial Twitter cukup ramai dengan adanya topik dengan hashtag #socmed4edu - penggunaan media sosial untuk pendidikan. Pertanyaan awalnya dicetus oleh seorang blogger, Tikabanget, dan diskusi hangat di ranah Twitter pun berlangsung.

Ada cukup banyak hal menarik yang diungkapkan oleh para twitterer mengenai penggunaan media sosial untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan. Walaupun hanya sebagian berprofesi sebagai guru, namun ide-ide yang muncul sangat bervariasi dan sangat mungkin untuk mulai diterapkan.

Berikut ini sebagian ide-ide yang muncul dalam diskusi yang berlangung sore ini:

  • Menjadwalkan chatting bersama dengan siswa sekolah luar negeri / siswa sekolah internasional untuk berlatih bahasa Inggris
  • Mengijinkan siswa bertanya dan mencatat via Twitter mengenai materi yang disampaikan
  • Mengunggah materi ajar dan tugas lewat blog

Selain ide-ide tentang pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), diskusi juga berlangsung mengenai kendala apa saja yang dihadapi oleh guru, siswa, dan sekolah untuk bisa memanfaatkan TIK untuk pendidikan. Kendala utama yang banyak dibicarakan adalah akses terhadap internet, bahwa tidak semua sekolah mempunyai akses yang sama terhadap internet dan perangkatnya. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa pendekatan TIK lewat telepon genggam pun bisa menjadi solusi.

Kendala lain juga ada sebagian guru yang masih belum terlalu paham mengenai penggunaan media sosial itu sendiri. Bagaimana cara memanfaatkannya secara efektif dan bagaimana cara menjalin komunikasi dengan siswa masih belum dimengerti oleh semua guru. Selain itu ada juga kendala untuk membuat materi pengajaran yang komprehensif bagi siswa.

Ibu Lita Mariana, kontributor untuk AksiGuru, berpendapat bahwa penggunaan media sosial untuk edukasi bisa efektif asalkan guru dan murid berada di jejaring sosial yang sama, dan saling “follow” - sehingga percakapan bisa terjalin. Hal senada juga diungkapkan oleh pak Agus Sampurno, pemilik blog GuruKreatif, yang menekankan pentingnya “conversation” di era media sosial sekarang.

Diskusi ini memunculkan banyak pertanyaan, dan juga ide-ide segar yang tentunya dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Nah, kalau menurut Anda sendiri, bagaimanakah cara menggunakan media sosial untuk pendidikan? Dan, apa kendalanya?

5 komentar to “Penggunaan media sosial untuk pendidikan”

  1. -tikabanget- says:

    eh, yang mengajukan pertanyaan pertama kali itu kang herman

    Dan sekali lagi, social media itu hanya sarana.
    Sayah sempet ngetwit juga bahwa social media buat pendidikan di kelas sebenernya ndak perlu pake repot dan berat. Pake mobile phone atau blackberry, dan beres.
    Intinya memanfaatkan semua media, semua alat, dan semua channel yg memudahkan siswa utk tetap gembira wkt belajar.

    Sentimen selanjutnya yang akan timbul biasanya adalah : “cuma bisa dipake sekolah-sekolah yang anaknya orang kaya dong..”
    Yah, sekali lagi, social media hanya sarana..

    Apapun yang sedang diminati siswa dan sedang ngetrend bagi mereka bukan ndak mungkin dijadikan sarana buat belajar kan.. ^^




  2. nonadita says:

    Ya, memang diskusi yang menarik. Ayo ayo kopdarkan dan bikin aksinya

    Ketika memutuskan untuk menggunakan socmed utk pendidikan, siswa harus disemangati supaya mau dan berani berbagi.




  3. nena says:

    Setuju dengan Tika dan Dita. Betul memang, dari siswa pun juga harus didorong untuk mau berbagi dan senang menggunakan social media untuk belajar - nggak hanya untuk bersosialisasi dengan temannya. :)




  4. Lita says:

    Bukan ‘cuma dipake sekolah yang anaknya orang kaya’, sih. Lebih kepada fasilitasi. Mereka yang bisa punya banyak akses secara digital akan merasa terganggu ketika ‘dipaksa’ harus menggunakan kertas.

    Gampangnya, kalau diminta harus ada bukti transfer, misalnya. Harus kertasnya dan harus yang itu. Padahal biasa pakai e-banking dan buktinya terkirim via e-mail.
    Daripada memaksakan jalur ‘konvensional’ sementara ada jalan lain yang dirasa lebih praktis bagi pengguna (murid dan sekolah), ya mengapa tidak?

    Tujuannya untuk mempermudah dan menyederhanakan masalah, bukan untuk menyulitkan. Jadi ketika malah bikin ribet atau tidak sesuai dengan pengguna utama (murid dan guru), ya tidak perlu dipaksakan.




  5. kasmanto says:

    Ini salah satu media yang akan berkembang kedepan, hampir semua sekolah di Indonesia diajarkan TIK/KKPI, untuk dapat meng-akses internet, membuat blok dan lain-lain, Ayo Guru di Indonesia jangan sampai kita ketinggalan teknologi ini dan mari belajar bersama-sama untuk menciptakan electronic-education (e-education) di Indonesia agar pembelajaran apapun bisa dilakukan di dunia maya, untuk mempermudah akses belajar bagi siapa saja. salam edukasi SMK Bisa. !




Tinggalkan balasan