Oleh : Galuh Wijayanti
Guru BK SMA 12 Semarang
Salah satu fase yang menjadi topik yang selalu menarik untuk dibahas adalah masa remaja. Suatu masa transisi antara masa anak-anak menuju masa dewasa dengan rentang umur antara 12–22 tahun (Mappiare, 1982). Perkembangan dan pertumbuhan remaja secara biologis, fisiologis. psikologis maupun intelektual sangat mempengaruhi keberhasilan remaja dalam memasuki tahap berikutnya, yaitu masa dewasa.
Remaja adalah generasi muda yang memiliki kekuatan, potensi, dan idealisme yang tinggi, apabila dikelola dengan baik akan menjadi suatu modal dasar dan aset bangsa. Namun, dalam perjalanan sering dijumpai masalah yang mengganggu dan merusak perkembangan remaja. Sementara itu arus globalisasi dan perkembangan teknologi informasi memberikan dampak negatif sehingga terjadi pergeseran nilai. Makin deras perubahan sosial yang terjadi dan makin kompleksnya keadaan masyarakat akan mendorong peningkatan kenakalan remaja, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Tingkat kenakalan remaja dan pelajar, seperti yang banyak termuat dalam media semakin memprihatinkan. Kadang kita dibuat tercengang dengan ulah para remaja yang tidak saja merugikan diri, keluarga, orang lain tetapi juga mempertaruhkan masa depan dirinya. Permasalahan ini menunjukkan gejala kurang berkembangnya dimensi kesosialan, kesusilaan, dan dimensi keagamaan sehingga praktek kehidupan tidak didasari atas kaidah agama, norma, etika dan hukum yang berlaku.
Remaja sebagai sumber daya manusia perlu dikembangkan secara optimal agar mampu menuju masa dewasa secara aman. Proses sosialisasi remaja itu sendiri terjadi dalam tiga lingkungan utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut memberikan kontribusi terhadap pembentukan perilaku remaja.
Lingkungan Keluarga
Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh remaja, yaitu kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, dihargai, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental. Dengan kata lain yang dibutuhkan oleh remaja adalah iklim kehidupan keluarga yang kondusif. Salah satu aspek penting yang dapat mempengaruhi perilaku remaja adalah interaksi antar anggota keluarga. Pola asuh orang tua, dalam arti cara mengasuh dan mendidik anak sangat mempengaruhi perkembangan jiwa remaja. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata ”jangan” tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan remaja.
Karena remaja membutuhkan pengakuan, pencarian identitas, kestabilan emosi, dan tahap coba – coba maka faktor keteladanan dari orang tua sangatlah penting. Orang tua hendaknya memberikan kepercayaan dan kebebasan terbimbing kepada remaja untuk mengambil keputusan dan untuk bertanggung jawab. Banyak faktor penyebab kenakalan remaja yang bersumber dari keluarga seperti : Keluarga yang tidak harmonis, kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua, kurangnya penanaman nilai dan ajaran agama.
Lingkungan Sekolah
Sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dituntut untuk menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan remaja. Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi remaja tersimpul dalam interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru dan pelaksanaan peraturan yang diberlakukan. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan, cenderung menekankan indoktrinasi tanpa suatu argumentasi akan menghambat perkembangan kepribadian remaja. Penerapan sistem punishment, reward dan reinforcement hendaknya dilakukan secara proporsional sehingga mampu memotivasi remaja untuk mengembangkan potensi dan membentuk perilaku yang positif. Faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja dari lingkungan sekolah diantaranya adalah : kurangnya disiplin sekolah, kurangnya wadah atau media untuk menyalurkan bakat, minat dan kreatifitas siswa, sistem pengajaran yang tidak variatif, kurang inovatif cenderung membosankan, jam pelajaran sering kosong, pelaksanaan tata tertib tidak konsisten.
Lingkungan masyarakat
Remaja tengah mengarungi perjalanan masa mencari identitas diri sehingga faktor keteladanan dan kekonsistensian sistem nilai dan norma dalam masyarakat menjadi sangat penting. Kurangnya atau sulitnya menemukan tokoh idola atau panutan bagi remaja merupakan masalah yang perlu diperhatikan Bentuk- bentuk perikalu asosial remaja merupakan hasil tiruan dan pengaruh dari orang dewasa. Dorongan yang kuat pada remaja untuk melepaskan diri dari orang tua ditunjang oleh kohesivitas (keeratan ikatan antar anggota), konformitas (kecenderungan berperilaku sama dengan anggota lain) dan solidaritas yang tinggi terhadap kelompok teman sebaya mendorong remaja membentuk apa yang dikenal dengan istilah geng. Mereka beranggapan bahwa dengan membentuk dan masuk sebagai anggota geng akan merasa kuat dan aman, akibatnya mereka akan lebih berani mengambil resiko karena kebutuhan diakui dan dikagumi. Keterikatan hubungan dengan geng (peer group) yang tidak terbimbing dapat menimbulkan kenakalan remaja.
Pendampingan remaja
Kerja sama dan koordinasi antara ketiga komponen dalam membantu perkembangan remaja mutlak diperlukan agar secara simultan dapat mencegah remaja berperilaku negatif dan mendorong remaja berperilaku positif dan produktif. Melihat dan berbuat secara konkrit, mengembangkan potensi remaja lebih bermanfaat dari pada menyoroti sisi negatifnya saja. Kegamangan terhadap nilai- nilai menimbulkan remaja haus akan perlindungan mental emosional. Ini memberi implikasi imperatif perlunya pendampingan remaja dalam memilah dan memilih nilai yang akan dijadikan pegangan hidup. Jika tidak, maka remaja akan jatuh pada perilaku negatif yang dianggap mampu membebaskan diri dari kegamangan dan ketegangan jiwa. Perilaku negatif tersebut bisa berupa pelanggaran norma kesusilaan, norma hukum maupun norma agama seperti : pencurian, penaganiayaan, perkelahian, pornografi , prostitusi, tindakan anarki dan agresif, pergaulan bebas, miras dan penyalah gunaan obat terlarang. Beberapa yang bisa dilakukan dalam membantu pendampingan remaja antara lain : (1) Membangun partisipasi dan keterlibatan remaja dalam kegiatan keluarga, sekolah dan masyarakat, dengan membudayakan untuk saling menghargai dan melibatkan remaja dalam memecahkan masalah yang ada (2) Penciptaan keterbukaan diwujudkan dalam bentuk: mengembangkan toleransi terhadap perbedaan pendapat, keterbukaan terhadap minat remaja, membangun dan mengembangkan komunikasi terhadap remaja ( 3) Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan, diwujudkan dengan bentuk: mendorong rasa ingin tahu remaja kearah positif, jaminan rasa aman dan kebebasan mengeksplorasi lingkungan (4) Menerima remaja secara positif tanpa syarat ( unconditional positive regart ) diwujudkan dalam bentuk: menerima apapun kelebihan dan kekurangan , tidak membeda-bedakan remaja satu dengan yang lain, menghargai ekspresi remaja (5) Empati pada remaja, diwujudkan dalam bentuk: memahami dan menghayati pikiran dan perasaan remaja, melihat persoalan dengan menggunakan perspektif atau sudut pandang remaja .
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendampingan di atas :
- Pendampingan membutuhkan kompetensi.
Kompetensi personal adalah memiliki integritas pribadi yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai suatu kepribadian yang utuh seperti responsif dan komunikatif. Kompetensi moralitas adalah tidak hanya mengetahui yang baik dan yang tidak baik, melainkan sanggup berbuat sesuai dengan norma kesusilaan dan norma hukum. Kompetensi religius adalah mampu menjadi teladan dalam mnelaksanakan ajaran agama yang diyakini dalam kehidupan sehari- hari.
- Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, mengikuti perkembangan, mengenal aktifitas remaja, pola pergaulan dan trend yang berkembang pada remaja.
- Kemampuan menjalin kerjasama dengan pihak terkait seperti kepala
sekolah, wali kelas, guru, orang tua, dokter, psikolog, aparat kepolisian,
tokoh masyarakat dan yang lain.
Menyikapi berbagai kenakalan remaja yang berkembang, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan strategi preventif yaitu, mencegah secara dini dengan menghilangkan atau menekan faktor- faktor yang mendorong timbulnya kenakalan remaja, kemudian dengan strategi persuasif-kuratif yaitu dengan membantu penyelesaian masalah kenakalan remaja dengan memberdayaan fihak yang terkait, sedang strategi represif adalah dengan memproses sesuai hukum yang berlaku terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan remaja. Hal yang sangat mutlak diperlukan adalah adanya kemauan, kepedulian dan komitmen seluruh komponen bangsa: keluarga ,sekolah, masyarakat, elite politik dan pemerintah terhadap upaya pembinaan remaja. Dengan upaya yang komprehensif maka potensi remaja yang meliputi kecerdasan emosi, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual remaja dapat berjalan secara selaras dan remaja kita akan mampu menjadi sosok generasi muda harapan bangsa. Remaja yang mempunyai kemampuan mengadakan pertimbangan (reasoning), mengadakan pilihan ( choise ) dan mengambil keputusan ( decision making ) secara sehat dan rasional. Bukan remaja yang potensinya tidak berkembang dan rapuh, yang dimensi kesosialannya panas, kesusilaan yang rendah, keimanan yang dangkal, tetapi sosok remaja yang matang, kesosialan yang menyejukan, kesusilaan yang tinggi dan kadar keimanan yang dalam. Dengan demikian dewasa secara aman dapat terwujud dan masa depan ada dalam genggaman.
April 20th, 2011 at 6:47 pm
kenakalan siswa terjadi juga disebabkan kurang konsisten , tidak integreted dari SDM yang ada. Ini titik lemah mengapa siswa kepada guru X patuh kepada guru Y tidak. Maka di butuhkan ketulusan panggilan pendidik dan pengajar. Siswa bisa merasakan kasih yang tulus dari pengajar dan memberikan respek kepada yang konsisten dan integreted serta adil dalam pengambilan keputusan.
salam edukasi.
April 20th, 2012 at 9:40 am
Sangat setuju uraian diatas dan mohon berikan contoh suri tauladan yang baik dan benar dengan niat yang tulus ikhlas karena Allah, untuk menyamakan persepsi yang baik, mengarahkan kejalan yang lurus dalam bertindak, menggunakan kata-kata yang positip dalam berbicara, memberika pujian yang tulus padanya, dapat dipercaya suri tauladan kita secara konsisten, mau belajar tanpa paksaan/kesadaran diri yang tinggi, dan beri kepercayaan untuk maju dan terus melaksanakan kebaikan serta kemuliaan sepanjan hidupnya. InsyaAllah kita menjadi Insan DEWASA dan AMAN. Amiin.